Senin, 30 Januari 2012

Materi III

BAB III
BENTUK INTERAKSI SOSIAL

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama, akomodasi, persaingan, kontravensi, dan pertentangan.

A. Kerja Sama

Kerja sama (cooperation) adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama, yaitu:
  1. Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta.
  2. Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasa.
  3. Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu.
  4. Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.
Selain itu, kerjasama juga dikelompokkan menjadi:
  1. Kerukunan, kerjasama yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong. 
  2. Bargaining, yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih. 
  3. Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. 
  4. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif.
  5. Joint venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dst.
 Pada masyarakat desa yang bersifat komunal (kesukuan), pola kerja sama sudah melembaga dalam setiap pekerjaan mereka. Misalnya, membangun rumah, jalan, berburu, mengerjakan sawah, dan lain-lain. Kerja sama semacam ini dilandasi pada pola berikut, yaitu:
  1. Menghadapi tantangan alam yang ganas.
  2. Melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga massal.
  3. Melaksanakan upacara yang sifatnya sakral (suci).
  4. Menghadapi serangan musuh dari luar.
Pada masyarakat kota, kerja sama dilakukan dengan motif:
  1. Memperoleh keuntungan ekonomis secara efektif.
  2. Menghindarkan terjadinya persaingan bebas, sehingga dibentuk semacam asosiasi atau perserikatan, baik dalam bidang ekonomi, politik, kesenian, olahraga, dan lain-lain.
  3. Menggalang kesatuan dan persatuan bangsa di bidang bela negara, cinta tanah air, dan lain-lain.
 B. Akomodasi

Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok - kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.  
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Ada beberapa bentuk akomodasi, yaitu:
  1. Coercion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan. 
  2. Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
  3. Arbitration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri.
  4. Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak.
  5. Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
  6. Tolerantion, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
  7. Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
  8. Adjudication, suatu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Tujuan akomodasi adalah :
  1. Mengurangi pertentangan antara dua kelompok atau individu
  2. Mencegah terjadinya suatu pertentangan secara temporer
  3. Memungkinkan terjadinya kerja sama antar individu atau kelompok social.
  4. Mengupayakan peleburan antara kelompok social yang berbeda misalnya lewat   perkawinan campuran.
Hasil-hasil Akomodasi
  1. Akomodasi dan itegrasi masyarakat.
  2. Menekan oposisi.
  3. Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda.
  4. Perubahan lembaga-lemba kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan yang berubah.
  5. Perubahan-perubahan dalam kedudukan.
  6. Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi.
C. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Proses asimilasi itu ditandai oleh pengembangan sikap-sikap yang sama, yang walaupun terkadang bersifat emosional, bertujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit untuk mencapai integrasi dalam organisasi dan tindakan. Secara matematis proses asimilasi dapat ditulis : Aa + Bb + Cc = Dd yang berarti bahwa kelompok etnik A, B, dan C karena faktor-faktor pendorong asimilasi terpenuhi, mengalami peleburan unsur-unsur kebudayaan kelompok etnik a + b + c menghasilkan kebudayaan baru d, yang sebelumnya tidak ada dalam kebudayaan A, B, maupun D.

Jenis-jenis asimilasi

  1. Asimilasi budaya : proses mengadopsi nilai, kepercayaan, dogma, ideologi bahasa dan sistem simbol dari suatu kelompok etnik atau beragam kelompok bagi terbentuknya sebuah kandungan nilai, kepercayaan, dogma, ideologi bahasa maupun sistem simbol dari kelompok etnik baru.
  2. Asimilasi struktural : proses penetrasi kebudayaan dari suatu kelompok etnik ke dalam ke dalam kebudayaan etnik lain melalui kelompok primer seperti keluarga, teman dekat,DLL
  3. Asimilasi perkawinan, atau sering disebut asimilasi fisik yang terjadi karena perkawinan antar etnik atau antarras untuk melahirkan etnik atau ras baru

Syarat asimilasi

Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut.
  • terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.
  • terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang relatif lama.
  • Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri.

Faktor pendorong

Faktor-faktor yang mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut.
  • Toleransi antar kelompok yang berbeda kebudayaan
  • Kesempatan yang seimbang dalam bidang sosial atau ekonomi
  • Sikap menghargai orang asing dan kebudayaan mereka
  • Sikap terbuka dari golongan etnik dominan terhadap kelompok etnik minoritas
  • Persamaan unsur kebudayaan
  • Perkawinan antara kelompok yang berbeda budaya
  • Adanya musuh yang sama

Faktor penghalang

Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi antara lain sebagai berikut.
  • Kelompok yang terisolasi atau terasing (biasanya kelompok minoritas)
  • Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi
  • Prasangka negatif terhadap pengaruh kebudayaan baru. Kekhawatiran ini dapat diatasi dengan meningkatkan fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan
  • Perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan kelompok lain. Kebanggaan berlebihan ini mengakibatkan kelompok yang satu tidak mau mengakui keberadaan kebudayaan kelompok lainnya
  • Perbedaan ciri-ciri fisik, seperti tinggi badan, warna kulit atau rambut
  • Perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kebudayaan kelompok yang bersangkutan
  • Golongan minoritas mengalami gangguan dari kelompok penguasa
Contoh sederhana asimilasi :
A adalah orang Indonesia yang menyukai tarian Bali. Ia berteman baik dengan B yang merupakan orang Amerika Latin dan bisa tarian tradisionalnya Amerika Latin (Tango). Karena keduanya terus menerus berinteraksi, maka terjadilah percampuran budaya yang menghasilkan budaya baru. Maksudnya.. si A akhirnya punya tarian baru yang merupakan hasil penyatuan tarian Bali dan tarian Tango, tetapi tarian barunya ngga mirip sama tarian Bali atau tarian Tango.

D. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunyai dua tipe umum:
  1. Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe ini dinamakan rivalry.
  2. Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Bentuk-bentuk persaingan :
  1. Persaingan ekonomi : timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan jumlah konsumen.
  2. Persaingan kebudayaan : dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan, pendidikan, dst.
  3. Persaingan kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
  4. Persaingan ras: merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi:
  1. Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif
  2. Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa medapat pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
  3. Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial. Persaingan berfungsi untuk mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya.
  4. Sebagai alat menyaring para warga golongan karya (”fungsional”)
Hasil suatu persaingan terkait erat dengan pelbagai faktor berikut ini, yaitu:
  1. Kerpibadian seseorang
  2. Kemajuan : Persaingan akan mendorong seseorang untuk bekerja keras dan memberikan sahamnya untuk pembangunan masyarakat.
  3. Solidaritas kelompok : Persaingan yang jujur akan menyebabkan para individu akan saling menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan sosialnya hingga tercapai keserasian.
  4. Disorganisasi : Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam masyarakat akan mengakibatkan disorganisasi pada struktur sosial.
E. Kontravensi (Contravention)

Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5:
  1. Kontravensi umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana
  2. Kontravensi sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dst.
  3. Kontravensi intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain
  4. Kontravensi rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.
  5. Kontravensi taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan, provokasi, intimidasi, dst.

Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi:
  1. Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah mengalami perubahan yang sangat cepat
  2. Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
  3. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.
Tipe Kontravensi:

1. Kontravensi antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
  • Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity struggle)
  • Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat (intercommunity struggle).
2. Antagonisme keagamaan.
3. Kontravensi Intelektual : sikap meninggikan diri dari mereka yang mempunyai latar 
    belakang pendidikan yang tinggi atau sebaliknya.
4. Oposisi moral : erat hubungannya dengan kebudayaan.

F. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)

Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian. Faktor penyebab pertentangan adalah :
  1. Perbedaan antara individu
  2. Perbedaan kebudayaan
  3. perbedaan kepentingan
  4. perubahan sosial.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai. Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
  1. Pertentangan pribadi.
  2. Pertentangan Rasial: dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan.
  3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial: disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan.
  4. Pertentangan politik: menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat.
  5. Pertentangan yang bersifat internasional: disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara.
Akibat-akibat bentuk pertentangan:
  1. Tambahnya solidaritas in-group
  2. Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut.
  3. Perubahan kepribadian para individu
  4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
  5. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
Baik persaingan maupun pertentangan merupakan bentuk-bentuk proses sosial disosiatif yang terdapat pada setiap masyarakat. 

Mater I

BAB I INTERAKSI SEBAGAI PROSES SOSIAL

Standar Kompetensi: Memahami kehidupan sosial manusia.
Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi interaksi sebagai proses sosial.
Materi Pembelajaran: 1. Interaksi Sosial
                                 2. Proses Sosial
Indikator:
1. Menjelaskan pengertian interaksi sosial.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial.
3. Menyebutkan syarat-syarat terjadinya interaksi sosial.
4. Menjelaskan pengertian proses sosial.
5. Menjelaskan faktor-faktor penyebab proses sosial.
6. Menjelaskan pengaruh interaksi sosial terhadap proses sosial.
7. Menjelaskan interaksi sosial sebagai proses sosial.

I. Interaksi Sosial
A. Pengertian Interaksi Sosial

     Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari masyarakatnya. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial ini di dasarkan kepada komunikasi. Karenanya Komunikasi merupakan dasar dari existensi suatu masyarakat. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial, hubungan satu dengan yang lain warga-warga suatu masyarakat, baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan kelompok-kelompok dan antar kelompok manusia itu sendiri, mewujudkan segi dinamikanya perubahan dan perkembangan masyarakat. Apabila kita lihat komunikasi ataupun hubungan tersebut sebelum mempunyai bentukbentuknya yang konkrit, yang sesuai dengan nilai-nilai sosial di dalam suatu masyarakat, ia mengalami suatu proses terlebih dahulu. Proses-proses inilah yang dimaksudkan dan disebut sebagai proses sosial.
     Pengertian proses sosial dikemukakan oleh Gillin dan Gillin yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara individual, antarkelompok orang, dan orang perorangan dengan kelompok orang.
     Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antarindividu, antarindividu dengan kelompok, serta antarkelompok. Interaksi sosial merupakan syarat mutlak terjalinnya sebuah aktivitas sosial. Sejak dilahirkan manusia sudah memiliki naluri untuk hidup bergaul dengan orang lain (gregoriouness). Naluri-naluri tersebut merupakan kebutuhan manusia, yaitu:
1. Afeksi, kebutuhan akan kasih sayang.
2. Inklusi, kebutuhan mendapatkan kepuasan dan mempertahankan.
3. Kontrol, kebutuhan akan kekuasaan dan pengendalian.

Ada beberapa jenis kebutuhan sosial manusia, antara lain:
1. Kegiatan-kegiatan bersama
2. Keteraturan sosial dan kontrol sosial
3. Berkomunikasi dengan sesama.
4. Pendidikan.

B. Macam-macam Interaksi Sosial

Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
  1. Interaksi antara individu dan individu. Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
  2. Interaksi antara individu dan kelompok. Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya.
  3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok. Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.
C. Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu:
1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
  • Kerja sama. Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
  • Akomodasi. Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok - kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
  • Asimilasi. Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
  • Akulturasi. Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
  • Persaingan. Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.
  • Kontravensi. Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
  • Konflik. Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.
D. Ciri - Ciri Interaksi Sosial
Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain:
a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
d. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu

E. Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu:
1. Kontak sosial. Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
Dalam kehidupan sehari-hari kontak sosial dapat dilakukan dengan cara :
a. Kontak Sosial yang dilakukan menurut cara pihak-pihak yang berkomunikasi . Cara kontak sosial itu ada 2 macam yaitu :
1) Kontak Langsung : Pihak komunikator menyampaikan pesannya secara langsung kepada pihak komunikan .
2) Kontak Tidak Langsung : Pihak komunikator menyampaikan pesannya kepada pihak komunikan melalui perantara pihak ketiga .
b. Kontak Sosial yang dilakukan menurut terjadinya proses komunikasi . Ada 2 macam kontak sosial .
1) Kontak Primer
2) Kontak Sekunder
3. Komunikasi Sosial
Komunikasi artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Orang yang menyampaikan komunikasi disebut komunikator , orang yang menerima komunikasi disebut komunikan. Tidak selamanya kontak sosial akan menghasilkan interaksi sosial yang baik apabila proses komunikasinya tidak berlangsungnya secara komunikatif . Contoh : Pesan yang disampaikan tidak jelas, berbelit – belit , bahkan mungkin sama sekali tidak dapat dipahami.

2. Komunikasi. Adalah suatu proses penyampaian pesan (ide atau gagasan) dari pihak satu ke pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.
Komunikasi terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Komunikasi langsung (primer).
b. Komunikasi tidak langsung (sekunder).
c. Komunikasi melalui perantara.
Dalam proses komunikasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
a. Ada dua pihak yang terlibat yaitu komunikator (pengirim pesan) dan komunikan (penerima pesan).
b. Ada media atau alat yang digunakan dalam komunikasi.
c. Ada pesan atau persoalan yang dibahas bersama dalam komunikasi.
d. Ada respon atau reaksi dari pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.

F. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial

Interaksi sosial pada manusia kepada manusia lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berbicara, bertatap muka, bertransaksi dagang, belajar pada orang lain, menyakiti orang lain, dan lain sebagainya. Interaksi sosial antar individu merupakan proses yang rumit dan kompleks yang melibatkan faktor-faktor psikologis berikut di bawah ini (disertai pengertian / definisi) :
1. Imitasi adalah meniru orang lain mulai dari sikap, perilaku, gaya, cara berfikir, penampilan, keterampilan, kemampuan, dan lain-lain. Imitasi yang baik perlu didahului oleh penerimaan, penghormatan, pengaguman, dll pada sesuatu yang hendak ditiru tersebut.
2. Sugesti adalah mempengaruhi seseorang atas suatu pandangan, pemahaman, sikap, dsb ketika yang menerima sugesti dalam keadaan tidak berpikir rasional karena diberi sugesti oleh orang yang dikagumi, dihormati, berwibawa, karismatik, pemuka agama, penguasa, golongan mayoritas, dan lain sebagainya.
3. Simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain yang seolah-olah merasakan perasaan orang lain. Contoh : Membantu korban bencana alam.
4. Empati adalah rasa simpati yang sangat mendalam yang mampu memberikan pengaruh pada kejiwaan dan atau fisik seseorang. Contoh : rasa rindu yang terlalu dalam bisa menyebabkan seorang gadis menjadi panas dingin akibat tidak direstuinya hubungan cinta dengan kekasihnya.

5. Identifikasi adalah imitasi yang mendalam sehingga ingin menjadi sama dengan pihak lain baik secara disengaja maupun tanpa disengaja. Contoh : Seseorang ingin menjadi seperti Bung Karno akan berupaya bergaya tingkah laku seperti Bung Karno.

  6. Motivasi adalah dorongan yang mendasari seseorang untuk melakukan perbuatan berdasarkan pertimbangan rasionaitis. Motivasi dalam diri seseorang dapat muncul disebabkan faktor atau pengaruh dari orang lain sehingga individu melakukan kontak dengan orang lain.

II. Proses Sosial
Proses sosial merupakan akibat dari adanya interaksi antarindividu dan antarkelompok. Akibatnya, di antara mereka terjadi proses saling mempengaruhi yang menyebabkan adanya proses sosial.

A.
Pengertian proses sosial:

1. Selo Soemardjan. Proses sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

2. Gillin dan Gillin. Proses sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi, kebudayaan material, komposisi penduduk dan ideologi, karena adanyya difusi, ataupun penemuan-penemuan dalam masyarakat.

B. Faktor-faktor penyebab terjadinya proses sosial

Faktor-faktor penyebab terjadinya proses sosial dapat dibedakan sebagai berikut:


1. Faktor Internal, yaitu:
a. Jumlah penduduk
b. Adanya penemuan baru
c. Konflik masyarakat
d. Terjadinya revolusi
e. Ideologi yang berkembang

2. Faktor eksternal, yaitu:
a. Lingkungan alam fisik manusia.
b. Peperangan.
c. Pengaruh kebudayaan lain.